Dua Pasang Hati
A
A
A
Entah mengapa sekarang benaknya dilingkupi perasaan bersalah yang mengakar hingga ke lubuk hatinya. Ia merasa dirinya begitu bodoh, telah membuat Lara marah padanya.
Ia menghela nafas panjang, hari ini... ia seharusnya berterima kasih pada Lara. Begitu banyak yang telah dilakukan gadis itu untuknya, terutama hatinya terasa hangat saat perempuan itu mengulurkan tangannya, menyentuh pipinya, dan apa... baru saja Keenan mengizinkan gadis itu memeluknya erat-erat? Pria itu meletakkan tangannya di dada kirinya sekarang, mengingat semua perbuatan Lara padanya, sungguh menghangatkan hatinya luar biasa.
Apa... ia harus meminta maaf pada gadis itu, apapun perbuatannya? Jauh di lubuk hati kecilnya itu, batinnya terus menyuruhnya meminta maaf dengan tulus. Haruskah? Tapi sebenernya, apa sih yang membuat Lara begitu kesal padanya? Bukankah.. tadi gadis itu sudah begitu baik padanya? Or.. is she jealous with all my ex ?
Tiba-tiba tebersit sebuah pertanyaan yang menohok pelataran hatinya. Kalaupun Lara cemburu, untuk apa? Setahu Keenan, gadis itu begitu membenci dirinya, saat mengetahui ia dan Feli berpacaran. Sebenarnya... Keenan harus mengaku sedikit sedih dan kecewa, saat tahu Lara begitu membenci dirinya setelah kejadian sembilan tahun lalu.
Meskipun Keenan tahu siapa yang benar dicintainya, tapi entah kenapa ia merasa tidak enak hati, saat tahu gadis itu patah hati. Jawabannya memang benar, Lara jatuh cinta padanya. Saat itu Keenan tak ada pilihan lain, satu-satunya jalan untuk mengenal Feli lebih dekat, hanya melalui Lara. Ia ingin membuktikan pada Feli, jika ucapan gadis itu tidak benar, bahkan ia tidak sadar dengan apa yang telah dilakukannya ini sudah menyakiti hati Lara.
Maka itu, ketika Lara berusia tujuh belas tahun, Keenan berniat memberikan sebuah kado, sebagai tanda permintaan maafnya. Namun apa daya, di saat Feli berkata jujur soal perasaan sebenarnya pada cowok itu, semua rasanya begitu indah. Ia menyambut Feli penuh bahagia, menangkup gadis cantik itu ke pelukannya. Tak hanya itu, his first kiss just belongs to her . Sampai-sampai ia lupa ingin memberikan kado ulang tahun pada Lara, saking bahagianya.
Perasaan bersalah Keenan kini semakin menghantui pikirannya, sampaisampai ia menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Pria itu membenamkan wajahnya pada setir mobil. Hatinya terasa begitu pilu sekarang, hanya saja dia tidak bisa mengekspresikannya dengan baik. Text her, tell that you feel sorry, sebuah suara yang entah dari mana memenuhi pikirannya. Suara itu membuat Keenan segera menegakkan sandaran kursinya.
Tangan kirinya merogoh dasbor kecil di mobilnya, mencari handphone -nya. Jemari Keenan dengan cepat mengetik nama Lara di BBM-nya. Keenan Saputra Hi, Ra. Maafin gue ya, gue keterlaluan sama lo. Keenan menghapusnya lagi, dia merasa gaya SMS-nya so not him banget. Maka ia dengan cepat memperbaikinya lagi.
Ra, lagi sibuk ya? Maafin gue soal yang tadi. K? Keenan kembali menghapus SMS-nya. Ngapain sih gue pake nanya lagi ngapain. Cowok itu mengetiknya kembali, meyakinkan dirinya SMS yang udah fix akan dikirim pada Lara. ”Uhhhh! Dasar nyebelin,” Lara mencuci piringnya dengan gusar. Dia percaya ini adalah satu-satunya cara melampiaskan emosinya yang begitu kesal pada Keenan.
Ternyata Keenan masih belum berubah. Sebentar-sebentar, dia bisa menjadi seorang pria gentle yang baik dan peduli pada Lara, dibalik sikap dinginnya. Tapi di saat yang lain, Keenan bisa saja menyakiti hati Lara melalui komentar pedasnya. Jika dia boleh jujur, sebenarnya Lara tidak ingin marah pada cowok itu, mengingat dia baru saja tertimpa masalah yang membuat dokter itu merasa bersalah.
Yang membuat Lara kesal saat Keenan tega mempermalukannya dengan berpura-pura akan menyuapinya. Coba bayangin, pasti muka Lara terlihat begitu berharap cowok itu melakukannya. Kedua, Keenan sempat menatapnya dalam-dalam, seolah ingin meminta maaf sungguh-sungguh karena dia telah menjahili Lara.
Tapi nyatanya? Dia malah menyentil dahi Lara, untung pelan. Tapi tetep kan, Lara jadi malu mendapati wajahnya terlihat berharap Keenan melakukannya. Dasar nyebelin! Lara kembali merutuk di hatinya. (bersambung)
OLEH: VANIA M. BERNADETTE
Ia menghela nafas panjang, hari ini... ia seharusnya berterima kasih pada Lara. Begitu banyak yang telah dilakukan gadis itu untuknya, terutama hatinya terasa hangat saat perempuan itu mengulurkan tangannya, menyentuh pipinya, dan apa... baru saja Keenan mengizinkan gadis itu memeluknya erat-erat? Pria itu meletakkan tangannya di dada kirinya sekarang, mengingat semua perbuatan Lara padanya, sungguh menghangatkan hatinya luar biasa.
Apa... ia harus meminta maaf pada gadis itu, apapun perbuatannya? Jauh di lubuk hati kecilnya itu, batinnya terus menyuruhnya meminta maaf dengan tulus. Haruskah? Tapi sebenernya, apa sih yang membuat Lara begitu kesal padanya? Bukankah.. tadi gadis itu sudah begitu baik padanya? Or.. is she jealous with all my ex ?
Tiba-tiba tebersit sebuah pertanyaan yang menohok pelataran hatinya. Kalaupun Lara cemburu, untuk apa? Setahu Keenan, gadis itu begitu membenci dirinya, saat mengetahui ia dan Feli berpacaran. Sebenarnya... Keenan harus mengaku sedikit sedih dan kecewa, saat tahu Lara begitu membenci dirinya setelah kejadian sembilan tahun lalu.
Meskipun Keenan tahu siapa yang benar dicintainya, tapi entah kenapa ia merasa tidak enak hati, saat tahu gadis itu patah hati. Jawabannya memang benar, Lara jatuh cinta padanya. Saat itu Keenan tak ada pilihan lain, satu-satunya jalan untuk mengenal Feli lebih dekat, hanya melalui Lara. Ia ingin membuktikan pada Feli, jika ucapan gadis itu tidak benar, bahkan ia tidak sadar dengan apa yang telah dilakukannya ini sudah menyakiti hati Lara.
Maka itu, ketika Lara berusia tujuh belas tahun, Keenan berniat memberikan sebuah kado, sebagai tanda permintaan maafnya. Namun apa daya, di saat Feli berkata jujur soal perasaan sebenarnya pada cowok itu, semua rasanya begitu indah. Ia menyambut Feli penuh bahagia, menangkup gadis cantik itu ke pelukannya. Tak hanya itu, his first kiss just belongs to her . Sampai-sampai ia lupa ingin memberikan kado ulang tahun pada Lara, saking bahagianya.
Perasaan bersalah Keenan kini semakin menghantui pikirannya, sampaisampai ia menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Pria itu membenamkan wajahnya pada setir mobil. Hatinya terasa begitu pilu sekarang, hanya saja dia tidak bisa mengekspresikannya dengan baik. Text her, tell that you feel sorry, sebuah suara yang entah dari mana memenuhi pikirannya. Suara itu membuat Keenan segera menegakkan sandaran kursinya.
Tangan kirinya merogoh dasbor kecil di mobilnya, mencari handphone -nya. Jemari Keenan dengan cepat mengetik nama Lara di BBM-nya. Keenan Saputra Hi, Ra. Maafin gue ya, gue keterlaluan sama lo. Keenan menghapusnya lagi, dia merasa gaya SMS-nya so not him banget. Maka ia dengan cepat memperbaikinya lagi.
Ra, lagi sibuk ya? Maafin gue soal yang tadi. K? Keenan kembali menghapus SMS-nya. Ngapain sih gue pake nanya lagi ngapain. Cowok itu mengetiknya kembali, meyakinkan dirinya SMS yang udah fix akan dikirim pada Lara. ”Uhhhh! Dasar nyebelin,” Lara mencuci piringnya dengan gusar. Dia percaya ini adalah satu-satunya cara melampiaskan emosinya yang begitu kesal pada Keenan.
Ternyata Keenan masih belum berubah. Sebentar-sebentar, dia bisa menjadi seorang pria gentle yang baik dan peduli pada Lara, dibalik sikap dinginnya. Tapi di saat yang lain, Keenan bisa saja menyakiti hati Lara melalui komentar pedasnya. Jika dia boleh jujur, sebenarnya Lara tidak ingin marah pada cowok itu, mengingat dia baru saja tertimpa masalah yang membuat dokter itu merasa bersalah.
Yang membuat Lara kesal saat Keenan tega mempermalukannya dengan berpura-pura akan menyuapinya. Coba bayangin, pasti muka Lara terlihat begitu berharap cowok itu melakukannya. Kedua, Keenan sempat menatapnya dalam-dalam, seolah ingin meminta maaf sungguh-sungguh karena dia telah menjahili Lara.
Tapi nyatanya? Dia malah menyentil dahi Lara, untung pelan. Tapi tetep kan, Lara jadi malu mendapati wajahnya terlihat berharap Keenan melakukannya. Dasar nyebelin! Lara kembali merutuk di hatinya. (bersambung)
OLEH: VANIA M. BERNADETTE
(bbg)